MERAJUT KEBERSAMAAN, BASAMO MAKO MANJADI
Oleh Drs. H.Zamris Habib M.Si, Dt Paduko Rajo
Assalamualaikum warahmatullaohi wabarokatuh
Alhamdulillahi rabbil Alamin dengan mengucapkan puji syukur kahadirat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan Rahmat dan KurniaNya kita berada di sini dalam rangka memeperingati Milad Bustanul Ulum ke 87. Selanjutnya Solawat dan salam kita panjatkan kepada junjungan kita Saidina Muhammad SAW, dengan pentunjuk yang dibawanya kita mendapatkan pencerahan yang luar biasa dalam mengarungi dunia yang fana ini dengan segala problematikanya. Akhirnya dengan Quran dan Sunnah yang dibawanya kita bisa melaksanakan tugas suci sebagai khalifah di muka bumi ini.
Tanpa kita sadari Bustanul Ulum sudah mencapai usia 87 tahun, 87 tahun yang lalu orang2 tua kita telah berjuang dengan segala kemampuan mereka mendirikan Madrasah Bustanul Ulum yang pada waktu berdirinya bernama Sumatera Thawalib. Bukan suatu yang mudah pada masa-masa itu mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang dimulai dari Surau Pincuran Tujuah oleh masyarakat Situjuah Limo Nagari di bawah ancaman penjajahan Belanda. Sulit bagi kita membayangkan atau merasakan apalagi bagi anak2 muda sekarang bagaimana orang tua kita berjuang melawan tekanan penjajah tetapi mereka tidak gentar dan tidak lupa mendirikan suatu lembaga pendidikan agama. Di sini kita melihat betapa sudah jauh wawasan mereka ke masa depan dan betapa besar pengorbanan mereka yang masih sempat memikirkan generasi di belakang beliau2 itu agar maju dalam menegakkan serta membela kehormatan Agama dan Bangsa.
Surau bagi masyarakat Minangkabau adalah suatu lembaga bukan saja sebagai tempat beribadah tetapi juga berfungsi sebagai tempat mengembangkan pendidikan dan keterampilan bagi anak2 muda. Fungsi surau dewasa ini sudah banyak diganti oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan madrasah. Madrasah Bustanul Ulum kehadirannya tidak terlepas dari latar belakang sejarah tersebut.
Pada tahun 2012, enam tahun yang lalu kita mengadakan seminar dengan thema “Mambangkik Batang Tarandam” dengan tujuan mencari masukan2 dari masyarakat Situjuah dan Alumni Bustanul Ulum mau dibawa kemana lembaga ini yang sempat tidak aktif beberapa tahun, seperti diketahui Bustanul Ulum ini sebelumnya telah menyelenggarakan pendidikan tingkat Tsanawiyah dan Aliyah 6 tahun, dan sejak tahun 1996 sudah berdiri Taman Kanak kanak tetapi perkembangannya berjalan di tempat pada waktu itu. Saya sebagai Pembina dan Pendiri Yayasan Bustanul Ulum yang juga sebagai alumni pada saat seminar 6 tahun yang lalu itu sudah menguraikan pasang surut perjalanan Bustanul Ulum dari tahun ke tahun dengan judul “Bustanul Ulum Dulu, Kini dan Esok”
Dalam makalah tersebut saya memberikan beberapa pesan kepada Dewan Pengurus Yayasan :
Masalah legalitas Yayasan Bustanul Ulum yang belum tuntas, Alhamdulillah sekarang sudah tercatat dalam Lembaran Negara,
Masalah asset Yayasan peninggalan orang tua kita berupa sawah dan tanah wakaf di mana masih ada yang belum kembali karena pada waktu Bustanul Ulum tidak aktif ada beberapa yang digadaikan oleh yang mewakafkan, dan sekarang sebahagian sudah kembali walaupun saya mendapat laporan masih ada sebagian kecil yang belum kembali.
Gedung atau bangunan ruang belajar, apabila kita akan membangun SD maka ruang kelas tidak mencukupi selain tanah yang ada hanya lk 800 m2. Dalam perjalanannya Dewan Pengurus telah membeli sepetak tanah di samping gedung yang lama seluas 1500 m2. Pembelian tersebut dari sumbangan masyarakat baik yang di kampung ataupun yang di rantau dan juga dari Malaysia. Di atas tanah tersebut tahun 2014/2015 telah dibangun 4 lokal ruang kelas atas bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten 50 Kota dan partisipasi masyarakat. Selanjutnya pada 2017 juga sudah dibangun lagi Ruang MCK dan empat ruang kelas baru atas bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat dan swadaya masyarakat. Untuk itu kami atas nama Yayasan Bustanul Ulum mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya Kepada Pemda Kabupaten 50 Kota, Kemendikbud dan masyarakat atas bantuannya. Kami tak bisa membalas amalan Bapak dan Ibu semoga Allah SWT yang akan membalas amal jariah. Syukran jazilan katsiran
Pada saat ini seperti yang kita saksikan di depan mata kita sebagian bangunan lama sudah kita direnovasi dan separuhnya belum. Bagunan yang lama masih tersisa tersebut masih kita manfaatkan untuk belajar bagi anak-anak kita tingkat PAUD/TK. Dari segi sarana dan prasarana merenovasi gedung lama ini yang akan menjadi tempat belajar anak PAUD/TK, yang akan menjadi tugas kita ke depan di samping membangun ruang ibadah atau surau/mushalla bagi anak-anak kita untuk melaksanakan ibadah setiap harinya. Karena dengan mempraktekan ibadah akan membentuk karakter anak-anak kita yang akan terbiasa pada waktu mereka sudah dewasa, bak pepatah mengatakan “alah bisa karena biasa” dan “sajak ketek taraja-raja alah gadang jadi biasa” Tentu di sinilah kita harapkan keunggulan lembaga pendidikan Bustanul Ulum yang akan menjadi ciri khasnya menanamkan nilai-nilai spiritual religius sejak usia dini.
Bagaimana ke depan ???
Ada beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan arah pendidikan ke depan, antara lain :
Adat, Minangkabau yang tekenal dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Biasandi Kitabullah (ABSSBK) sebagai hasil kesepakatan atau yang lebih dikenal Sumpah Satie Bukit Marapalam. Merupakan consensus antara kaum adat dengan alim Ulama Minangkabau. Dewasa ini sendi moral yang telah dicanangkan tersebut sudah mulai tergerus oleh arus globalisasi terhadap kaum muda Minangkabau, gejala ini bisa kita jumpai bagaimana anak Minang yang merantau kekota besar sudah mulai melupakan nilai yang dianut sewaktu mereka di kampung halaman, bahkan belakangan ini anak-anak kita tinggal di ranah Minang sendiri pun sudah mulai luntur juga. Di Jakarta sedang digagas kaderarisasi ABSSBK oleh beberapa pemuka Masyarakat Minang. Tentu saja Bustanul Ulum selain menanamkan pendidikan Agama tidak boleh absen dalam menanamkan nilai-nilai adat tersebut kepada anak didik sedari dini, jangan kita menyesal kemudian hari bila anak-anak kita tidak lagi mengenal adat Minang yang kita junjung selama ini. Anak-anak kita sekarang ini sebagai contoh jarang yang mengenal jalan nan ampek, jalan mandaki, jalan manurun, jalan mandata, dan khususnya jalan malereang, sebagai pedoman sopan santun dalam bergaul.
Kemana arah pendidikan yang cocok bagi Bustanul Ulum tentu saja kita lebih dahulu mengkaji permasalah-permasalahan yang ada, mencoba memetakan (mapping) akan kebutuhan masyarakat Situjuah ini terutama dari segi isi (content). Berdasarkan need analysis tersebut kita dapat merencanakan sebuah kurikulum yang akan mengantarkan anak didik menuju masa depan dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan terutama kondisi masyarakat Situjuah yang akan menjadi row input nya. Tentu saja kurikulum utamanya adalah Kurikulum yang diatur oleh Pemerintah seperti KTSP dan Kurikulum 13. Bagaimana kurikulum plusnya seperti hard, soft dan life skill inilah yang kita harapkan dari seminar ini.
Last but not least, adalah pendidkan Agama Islam itu sendiri. Bustanul sebagai lembaga yang dari awal berdirinya sejak tahun 1931 ditujukan untuk mencetak insan islami merupakan inti dari seminar sekarang ini. Berbagai kelemahan dari sekolah agama di Sumatera Barat adalah sangat sedikit yang mementingkan hafalan Alquran, beda dengan pesantren di Jawa misalnya mereka dari tingkat SD/Ibtidaiyah sudah bisa hafal Alquran. Di sini banyak mahasiswa Indonesia yang gagal menyelesaikan kuliah di Timur Tengah, di Al Azhar, di Madinah dll. Karena factor hafalan tersebut, banyak drop out dari Timur Tengah yang menjadi mahasiswa saya di Jakarta. Menyadari hal tersebut sekolah Islam seperti SD IT sampai SMA IT di kota-kota besar sudah mewajibkan mereka mengahafal 10 sd. 30 juz. Apabila seorang calon mahasiswa hafal minimal 10 juz masuk tanpa tes pada beberapa Fakultas Kedokteran dan bahkan Universitas Islam Indonesia bagi yang hafal 30 juz dapat bea siswa. Profesor Dr MK Tajudin Dekan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sebelumnya beliau adalah Dekan dan Rektor Universitas Indonesia) mengatakan bahwa menghafal Alquran lebih sulit daripada mengahafal anatomi tubuh manusia. Oleh karena itu Hifzil Al Quran harus merupakan mata pelajaran yang wajib yang harus diikuti oleh seluruh siswa. Mau jadi apapun mereka nanti yang penting sedari dini mereka sudah dibekali dengan Al Quran.
Demikianlah beberapa catatan yang perlu dipertimbangkan dalam seminar ini dan kami mengharapkan masukan yang berharga dari para pakar, kaum cadiak pandai, ulama, Bundo Kanduang, pejabat Pemerintah, alumni dan masyarakat sebagai pedoman bagi kami untuk melangkah ke depan dalam mengembangan lembaga pendidikan ini agar berdaya dan berhasil guna bagi generasi muda. Seminar ini dilaksanakan dalam rangka merajut kebersamaan dengan basamo mako manjadi.
Kelembagaan
Setelah kita mencoba membahas tentang muatan (content) kurikulum yang akan datang bagaimana dengan masalah pada tingkat kelembagaan.
Pada tingkat PAUD/TK 1) mencari dana untuk membangun ruangan belajar. 2) sedang membenahi manajemen/administrasi. 3) upaya meningkatkan kualitas proses belajar. 4) guru yang ada sekarang belum semua berijazah PGTK karena sangat sulit mencari guru yang berlatar belakang sarjana PGTK (Pendidikan Guru TK).
Pada tingkat SDIT sekarang sedang berbenah menyiapkan akreditasi karena SDIT tahun ini akan meluluskan angkatan pertama yang akan ikut Ujian Nasional, di samping itu kita belum memiliki guru hafiz Al Quran yang akan mengajarkan ilmu agama dan melatih siswa menghahafal AlQuran dan Hafiz tersebut diharapkan akan menjadi Ulama atau Kiyainya di Lembaga ini
WACANA
Ada beberapa usul dan pemikiran dari teman-teman karena tahun ini SDIT sudah bisa menamatkan angkatan pertama bagaimana kalau kita lanjutkan dengan mendirikan SMPIT sebagai kelanjutan bagi siswa SDIT yang baru tamat. Hal ini sangat bagus, cuma kita masih kesulitan dengan masalah ruang belajar dan pendanaan. Usul lain adalah kita coba dua tahun ini memantapkan yang ada akan tetapi sudah mulai dari sekarang merencanakan kelanjutan dari SDIT. Berbagai wacana ini perlu mendapat perhatian untuk kita bahas bersama. Yang perlu dicatat bahwa pendirian SMPIT Bustanul Ulum tidak harus di lokasi yang sekarang, bisa saja di Ladanglaweh atau di Tungka, misalnya. apabila ada masyarakat yang bersedia mewaqafkan tanah
Akhirnya kepada Para Pembicara, Pejabat Pemerintah, Alamni, Masyarakat, Dewan Pengurus dan Panitia saya atas nama Pembina mengucapkan terima kasih banyak, atas sumbangsihnya. Tiada yang bisa kami ucapkan selain kepada Allah yang akan mencatat segala amalan Bapak dan Ibu, inna maal usri yusra fa inna maal usri yusra, faiza faraghta fanshab wa ila Rabbika farghab.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Makalah pada seminar HUT Bustanul Ulum 19 Maret 2018)
Bio Data Penulis
Nama Zamris Habib gelar Dt Paduko Rajo, lahir 8 Januari 1950, (18 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah) suku Melayu Situjuah Bandadalam
Pekerjaan
Pusat Teknologi dan Informasi Pendidikan (PUSTEKKOM) Kemendikbud dari tahun 1977 sd. 2006.
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari 1994 sd. 2014
Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ sebagai Ketua Jurusan/Program Studi KPI) dari tahun 2000 sampai sekarang
Tim Assesor sertifikasi guru-guru DKI, Banten dan Kalimantan Barat 2010-2013
Pendidikan
Master Manajemen Komunikasi Universitas Indonesia Jakarta 1990
Sajana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sarjana Muda IAIN Imam Bonjol Padang
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Bustanul Ulum 1969
Sekolah Rakyat (SR/SD) Bandadalam 1963
Pelatihan dan Seminar
Berbagai seminar dan pelatihan tentang kajian agama, education, distance learning, Management of communication dll. di dalam dan luar negeri a.l. University of Tokyo Jepang, NHK Situdio Broadcasting Tokyo, University Western Australia (Perth), WB Film Production Gold Coast Australia NSW , SEAMEO Innotec , Philipina, Malaysia, dll.